Selasa, 22 Oktober 2019

Opticruise, Transmisi Semi-Otomatis Canggih dari Scania

Mengawali postingan perdana di awal pekan, kami mencoba mengulas tentang transmisi canggih dari Scania, yakni Opticruise. Belakangan ini, Scania Opticruise sedang hangat kembali diperbicangkan di kalangan pencinta bus Indonesia. Sebelumnya, transmisi ini sudah ada di Indonesia tersemat di Scania generasi empat, yakni K124, populasinya pun tidak banyak di Indonesia. Kini dihadirkan kembali oleh ATPM Scania di Indonesia, PT United Tractors melalui Scania K360 atau generasi lima (Scania KN Series). Namun tentunya ada perbedaan di segi pengoperasian dan fiturnya. Sebenarnya apa itu Scania Opticruise? Apa keuntungannya bagi operator, pengemudi dan tentunya penumpang? kami mencoba mengulasnya untuk kalian.
09138-049 | Ilustrasi
Opticruise adalah transmisi semi-otomatis dari Scania, menggunakan electro-hydraulic sebagai pengendali kopling untuk kehalusan dan kepresisian perpindahan gigi. Scania mengklaim ini adalah cara baru dalam perpindahan gigi. Opticruise, dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan berkendara pada penumpang dan dilengkapi dengan beberapa fitur terbaru yang terintegrasi untuk memberikan kenyamanan yang lebih baik lagi dari generasi sebelumnya.
Mekanisme perpindahan gigi secara otomatis memberikan keuntungan kepada pengemudi, penumpang dan tentunya operator. Disamping memberikan kenyamanan, pengemudi dapat lebih leluasa berkonsentrasi mengendalikan kendaraan dan fokus kepada lalu lintas sekitar, tanpa terbagi konsentrasinya untuk mengontrol putaran mesin dan memindahkan persneling.
Menurut Scania dalam keterangan rilisnya, Opticruise transmission ini adalah yang pertama dalam pasar fleet, yang tentunya melewati serangkaian penyempurnaan setiap generasinya.
Apa yang ditawarkan oleh Opticruise generasi terbaru ?
  • Sistem transmisi otomatis terbaru, menggantikan sistem kopling konvensional dengan pedal kopling.
  • Transmisi otomatis terbaru yang di kontrol dengan sistem electro-hydraulic dengan tingkat kepresisian tinggi.
  • Manoeuvering Mode menyediakan kehalusan dalam mengontrol mesin dan ketika akselereasi awal dengan mengontrol kopling secara baik. Contohnya ketika digunakan saat memasuki kapal feri ataupun saat plesiran.
  • Transmisi otomatis dengan perpindahan gigi yang halus dan cepat, meminimalisir hentakan seperti transmisi otomatis konvensional.
  • Proteksi elektronis yang komperhensif, menjaga penggunaan kampas kopling seminimal mungkin.
  • Scania Opticruise dapat disandingkan dengan Girboks 8 dan 12 kecepatan, dikombinasikan dengan pilihan mesin yang tersedia.
  • Hill Hold (penahan dalam jalan menanjak) sudah menjadi standar kelengkapan. Memudahkan pengemudi mengatur momentum tenaga yang diperlukan ketika menanjak.
  • Tak perlu khawatir kehilangan tenaga saat menanjak, sistem perpindahan gigi terbaru mengupayakan penurunan gigi secara awal jika dibutuhkan saat menanjak.
  • Adaptasi perpindahan gigi secara otomatis mengikuti gaya mengemudi masing-masing pengemudi.
Apa perbedaan Scania Opticruise pada Scania K124 dan Scania K360 ?
Perbedaan paling mendasar ialah, tuas transmisi Opticruise untuk generasi empat (Scania K124) masih berbentuk seperti tuas transmisi stick pendek Scania yang berjenis manual, serta untuk pengoperasiannya masih dibutuhkan pedal kopling untuk mengamankan perpindahan gigi dari N ke D (Drive) atau Automatic Mode (A)
SELECTOR SCANIA OPTICRUISE
Berikut adalah gambaran pengoperasian tuas transmisi Opticruise untuk generasi empat (Scania K124)
  • Untuk melakukan perpindahan gigi dari N ke A (Automatic Mode, yakni mode perpindahan gigi secara otomatis/ Drive) diharuskan menginjak kopling terlebih dahulu, lalu geser tuas kebawah untuk mulai menjalankan kendaraan.
  • Untuk melakukan perpindahan gigi secara manual atau M (Manual Mode, yakni perpindahan gigi secara manual) dapat langsung menggeser tuas kebawah lalu geser ke kanan untuk menaikkan posisi gigi dan geser ke kiri untuk menurunkan posisi gigi sesuai kebutuhan dan putaran mesin.
  • Untuk mundur atau R (Reverse) geser tuas ke posisi paling atas.
Ada tombol tambahan yang ada dibawah lever transmisi, digunakan untuk mode Automatic dan memiliki dua pilihan yakni :
D : Drive Mode, penggantian gigi dilakukan pada RPM tertentu, dipakai di daerah datar
H: Hill Mode, penggantian gigi dilakukan pada RPM yang lebih tinggi, contohnya pada saat bus mulai masuk daerah perbukitan maka pengemudi harus menggunakan mode ini, tujuannya agar saat turunan untuk engine braking dapat lebih efektif dan saat tanjakan penggantian giginya tidak akan terlalu cepat.
Sementara, tuas transmisi Opticruise untuk generasi lima, sudah menyatu dengan tuas retarder yang terletak di kanan kolom setir. Bentuknya seperti tuas sein serta pengoperasiannya sudah tidak membutuhkan menginjak kopling alias fully automated :
Tuas Kontrol Opticruise
Berikut adalah gambaran pengoperasian tuas transmisi Opticruise generasi terbaru, untuk generasi lima (K380,K310,K360).
  1. Pemilihan mode : R-N-D (Reverse/Mundur – Neutral/Netral- Drive/Menjalankan kendaraan) Posisi power mode berada paling akhir setelah D (Drive).
  2. Pengaturan perpindahan gigi secara otomatis / manual.
  3. Perpindahan gigi naik/turun : Tarik tuas untuk menaikkan posisi gigi atau dorong kebawah tuas transmisi untuk menurunkan posisi gigi.
  4. Manoeuvring Mode : Untuk memasuki mode ini, dorong kebawah tuas selama 0.8 detik ketika kecepatan rendah atau posisi mesin sedang stasioner.
  5. Floor Switch : Memicu menurunkan posisi gigi untuk mendapatkan tenaga maksimum dan menggunakan exhaust brake tanpa melibatkan retarder.
Indikator posisi gigi di layar instrument
Indikator Gear di Instrumen
  • R, Reverse (Mundur)
  • A, Automatic (Perpindahan gigi secara otomatis)
  • M, Manual (Perpindahan gigi secara manual)
  • AP/MP, Automatic/Manual Power Mode (Perpindahan gigi secara otomatis/manual dalam mode Power Mode)
  • Huruf diikuti pada posisi gigi yang sedang digunakan pada display. Contohnya, A12, M12, AP9, MP9.
  • N, Neutral (Posisi transmisi netral)
  • Posisi gigi selanjutnya dapat diketahui dalam mode A atau P
  • Untuk mengetahui masuk Manoeuvring Mode, tandanya adalah pada huruf “m” setelah posisi gigi yang sedang digunakan. Contohnya A1m
Pengoperasian Scania Retarder
  • Tarik tuas kebawah (ada lima posisi) untuk pengereman menggunakan retarder. Exhaust brake ikut digunakan ketika berada pada posisi kelima.
  • Penggunaan retarder secara otomatis melalui pedal rem : Atur tombol AUT pada tuas ke posisi 1
  • Ketika penggunaan mode retarder secara otomatis, brake blending digunakan untuk menambah kekuatan pengereman ketika menurunkan posisi gigi atau bahasa gampangnya engine brake effect. Roda rem akan secara otomatis mengaplikasikannya untuk mendapatkan pengereman secara halus.
Hill-Hold (Penahan dalam jalan menanjak)
  • Bekerja ketika mendaki atau menuruni bukit
  • Ketika sedang stasioner, roda rem akan mengaplikasikannya sekitar tiga detik ketika mengangkat kaki dari pedal rem. (peringatan audio dan visual akan aktif mengingatkan)
  • Ketika melepas pedal akselereator / pedal gas, hill-hold tidak akan lepas sampai torsi cukup untuk mencegah kendaraan terbalik.
Jika dilihat dari penjelasan diatas, teknologi transmisi semi-otomatis terbaru ini semakin memudahkan pengemudi dalam mengendarai armadanya serta menghemat biaya operasional bagi operator bus. Seperti pernyataan yang dilontarkan oleh Sales Engineer, PT. United Tractors yang membawahi Scania, Mochamad As’at yang yang garasibus kutip dari situs haltebus.com dalam salah satu artikelnya. “Kami menghadirkan transmisi otomatis agar pelaku usaha transportasi bus bisa profitable.”
Dan yang semakin menambah kemudahan bagi para pengemudi khususnya, segala aktivitas bus dapat dipantau melalui panel instrumen. Menurut As’at, seperti yang dikutip dari situs haltebus.com, fitur-fitur yang bisa ditampilkan di panel instrumen akan merekam dan menilai perilaku pengemudi secara menyeluruh selama perjalanan. Data yang terekam lalu disajikan dalam layar berbahasa Indonesia dengan empat parameter. Ada rekaman pemilihan gigi yang juga terkait putaran mesin, antisipasi pengemudi terhadap situasi jalan, pengendalian bus di tanjakan, serta kerja sistem pengereman.
Keempat faktor itu, lanjutnya, berpengaruh pada kinerja konsumsi bahan bakar selama bus beroperasi. Ada pula indikator yang menunjukkan berapa lama mesin bekerja sejak pertama dihidupkan di awal perekaman hingga perekaman berakhir. Pada akhirnya, prinsip untuk mencapai target bahan bakar ekonomis, pengendalian yang membuat penumpang aman dan nyaman selama perjalanan serta keawetan suku cadang seperti kanvas rem dan kopling, yang didambakan pengusaha bus mudah tercapai.

0 komentar:

Posting Komentar